Suasana dipantai benar – benar membuatku merasa
nyaman , angin sepoi yang kurasakan dan derai ombak yang seakan menjadi
nyanyian alam selalu jadi taman disetiap senjaku sama sepertiku .Sebut saja namaku Senja Anggraeni, 16 tahun kini usiaku.
Aku tinggal dengan kakak terhebatku, panggil saja Kak Dina. Dialah yang selama ini menjagaku, membimbingku, dan menceritakan segala
hal indah pelangi yang selama ini menjadi mimpiku untuk bisa melihat langsung keindahan ciptaan
Tuhan itu.
Senja adalah gadis buta sejak lahir, memang nasibnya tidak
sebaik kita. Saat usia 4 tahun
ibunya meninggal dunia. Saat senja berusia enam tahun ayahnya menikah lagi dan
saat itu ayahnya tak pernah terlihat lagi sampai sekarang, dia hanya tinggal
bersama kakaknya saja.Senja gadis yang baik dan ramah meski dia tidak sempurna
seperti gadis yang lain. Namun kecantikan hati Senja mengalahkan semuanya.
Meski dia buta tapi dia tidak pernah mengeluh
ataupun menyesali keadaannya. Dia selalu berdoa dosetiap waktu agar Tuhan memberikan
hidayah-Nya kepada Senja untuk bisa melihat.
***
Saat Senja berjalan-jalan sore hari tiba-tiba dia menyandung batu yang ada di depanya
sehingga dia terjatuh. Kemudian datanglah seorang anak laki-laki membantu Senja
untuk berdiri. Dilepaskanya tangan laki-laki itu yang sebelumnya memegang tangan senja.
“Maaf, siapa kamu?” tanya senja kepada anak
laki-laki itu.
“Namaku Rangga, maaf bukan maksud aku tadi untuk
memegang tangan kamu. Aku hanya ingin membantumu berdiri !”. Jawab Rangga, dan
di ajaknya Senja untuk bersalaman. Namun karena Senja tidak dapat melihat,
Senja pun tak tau kalau Rangga mengulurkan tangannya.
“Emm... tak apa, aku malah berterima kasih
kepadamu. Karena telah menolongku. ” Senja tersenyum manis pada Rangga. Rangga
yang tidak tahupun heran mengapa Senja berkata dan tersenyum tapi tidak
menghadap dirinya.
“Apa kau bisa melihatku ? “ tanya Rangga bingung .
“Maaf, aku tidak bisa melihat. Kamu ada disebelah
manaku ?”Jawab
Senja.
“Aku disebelah kananmu, kamu jalan – jalan sendiri
atau dengan temanmu ? ” Balas Rangga .
“Aku sendiri saja, aku sudah terbiasa berjalan –
jalan sendiri. Tapi biasanya aku ditemani kakakku .” Kata Senja yang selalu
ditemani dengan senyum manisnya .
“ Lalu kakakmu ?” , Tanya Rangga.
“ Kakakku sedang ada
keperluan di rumah, jadi tak bisa menemaniku untuk jalan – jalan .”
Kamu tinggal dimana ? Ohh ya.. siapa nama kamu ?”
tanya Rangga .
“Aku Senja ! Rumahku disebelah taman ini,di jalan
Mawar”. Jawab Senja dengan ramah, “Aku pulang dulu ya, sepertinya kakakku akan
mencariku bila aku pergi terlalu lama.” Senja berpamitan kepada Rangga dengan
tergesa – gesa.
“Aku akan mengantarmu jika kau mau”. Rangga
menawarkan ajakanya.
“Tidak , terima
kasih”. Jawab Senja dan langsung pergi.
“ Benar kamu tidak mau aku
antar ?” Rayu Rangga kembali .
“Tidak Rangga , aku sudah
terbiasa pulang sendiri . Lagipula aku sudah hafal jalan menuju rumahku .”
“ Baiklah Senja ! Hati –
hati yaa , sampai bertemu kembali .”
“ Iya Rangga .”
Senja pun akhirnya pulang
sendiri dan meninggalkan Rangga yang masih duduk termenung ditempat itu .
Tok ..tokk..tokk..tokk ..
Terdengar bunyi ketukan
pintu sebuah rumah , tiba – tiba seseorang yang tak lain adalah Kak Dina
membuka pintu itu ,
“Senja .” ,Panggil Kak Dina
.
“Iya kak ,” Jawab Senja.
Setelah membuka pintu , Senja digandeng masuk kedalam rumah .Lalu Kak Dina bertanya kepada Senja,
“Senja, Dari mana saja
dari tadi mengapa berjalan-jalan lama sekali tidak
seperti biasanya
? ” Tanya Kak Dina.
Senjapun bilang kepada kakaknya , “Senja hanya berjalan ditaman Kak .”
“Lantas kenapa lama sekali
? Apa Senja tadi tersesat dijalan dan lupa jalan pulang ?”
“Tidak Kak Dina , Senja
tidak pernah lupa jalan pulang ke rumah dan Senja juga tidak tersesat tapi
Senja bertemu dengan seorang
laki-laki yang bernama Rangga.”Jawab Senja dengan
meyakinkan Kak Dina.
“Rangga ?? Apakah dia teman
lamamu ? Diaman tinggalnya Senja ? ” , Tanya Kak Dina.
“Iyaa Kak , Rangga ! Rangga
adalah teman baruku. Senja
tak sempat tanya kepada laki-laki itu dimana tempat tinggal laki-laki itu.”
“ Sudahlah senja , kalian
pasti akan bertemu kembali nanti.”
“Iya kak.”
***
Karena hari mulai malam dan jam sudah menunjukkan
pukul sembilan malam. Kak Dina menyuruh Senja untuk segera tidur.
“Selamat malam Senja ,tidur
yang nyeyak .Mimpi indah yaa adikku.” Seperti biasanya, setiap Senja akan tidur Kak Dina selalu mengecup
kening Senja dan memakaikan selimut untuk adiknya.
“Selamat malam juga Kakak.”
Balas Senja.
Kak Dina pun pergi keluar
dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat .
***
Pagi pun tiba,
Hari ini sangat cerah sekali, Kak Dina pun berpamitan kepada senja untuk pergi bekerja.
Senja pun mengantar kakaknya kedepan rumah.
Sesaat setelah kepergian
Kak Dina , tiba-tiba ketika
senja berbalik badan ada suara yang memanggilnya.
“Senja... disini ternyata rumahmu”. Ternyata itu
suara Rangga yang memanggil Senja.
“Siapa itu?”. Tanya Senja sedikit takut karena
tidak pernah mendengar suara itu meskipun pernah itu hanya sekali dan tidak
terlalu lama.
“Aku Rangga, yang kemarin malam menolongmu saat
kamu terjatuh.”
“Ohh Rangga, dari mana kamu?
Kok bisa lewat depan rumahku?” ,Kepo Senja kepada lelaki yang baru dikenalnya itu .
“Sebenarnya tadi aku hanya ingin jogging saja, eee
ternyata ketemu kamu disini dan kebetulan juga disini ternyata rumahmu Senja”. Jawab Rangga.
“Hmm..Iyaa Rangga kebetulan
sekali memang . Ayo mampir dulu.” Ajak Senja.
“Baiklah kalau memang boleh
.” Jawab Rangga dengan sedikit tertawa lepas.
“Iyaa Rangga.”
“Ehh Senja mungkin ini
bukan kebetulan tapi kesengajaan Tuhan mempertemukan kembali kita .” Modus
Rangga .
Senja pun hanya tersenyum.
Mereka berbincang – bincang
cukup lama , hingga sampai Rangga pamit pulang kepadA Senja.
“Senja , aku balik dulu yaa
.” Pamit Rangga.
“Iya Rangga.”
“Kapan – kapan kalau ada
waktu aku mampir kesini lagi boleh kan ?”
“Tentu saja , pintu rumahku
selalu terbuka untuk siapapun .”
“Haha.. Untukku juga kan
Senja .”
“Tentu .”
“Baiklah Senja pasti aku
akan sering main ke rumahmu , sekarang udah siang aku pamit pulang dulu yaa .”
“Iya , hati – hati ya
Rangga .”
Setelah berpamitan Rangga
pun meninggalkan rumah Senja .
***
Sejak saat itu Rangga
sering ke rumah Senja , ngobrol dan berbagi pendapat dengannya. Akhirnya merekapun menjadi seorang sahabat. Mereka
sering jalan bersama bila Rangga pulang dari sekolah.
Hari ini hari selasa biasanya setiap hari Senin , Rabu sampai Minggu Rangga selalu banyak kegiatan di sekolah. Mengingat dia ada janji kepada Senja untuk menemaninya melihat matahari terbenam disebelah Barat,
Rangga pun bergegas pulang saat bel pulang dibunyikan. Sampai dirumah senja
Rangga mengetuk pintu rumah Senja.
“Tok..tokk..tokk..”
“Senja.. senja.. kau ada didalam kan ?”
“Iya Rangga aku di dalam,Sebentar.” Jawab Senja
dengan nada tegesa – gesa.
“Ayo kita segera pergi Senja”.
Ajak Rangga.
“Iya Rangga, Sebentar lagi aku keluar”.
Rangga memang sahabat yang baik, setiap dia
berjanji kepada Senja dia selalu ingat. Meski sesibuk apapun dia, dia
selalu menyempatkan waktunya untuk memenuhi janjinya itu.
Bukan hanya itu ,
Rangga juga anak yang baik, meskipun
dia adalah anak tunggal. Orang
tuanya sangat menyayanginya, apa yang di inginkan Rangga selalu di turuti oleh
ke-dua Orang tuanya. Tapi sayangnya nasib Rangga sama
seperti Senja. Dia mempunyai penyakit Leukimia
dan kata dokter umur Rangga tidak lama
lagi.
“Ayo kita pergi Rangga ! ”
Ajak Senja.
“Let’s Go ! ”
Mereka berdua pun brangkat
.Tak lama kemudian , mereka tiba di
taman .
Iya meamang sangat dekat jaraknya antara rumah Senja dengan taman itu.Mereka
pun mengambil tempat duduk yang nyaman dan duduk bersebelahan.
Sembari menikmati semilir
angin di sore hari , suasana menjadi hening sejenak .Akhirnya Rangga bertanya kepada Senja dan memulai perbincangan.
“Senja.” ,Panggil Rangga sambil memegang tangan Senja .
“Iya Rangga.” , Balas Senja
dengan senyum manisnya yang tak pernah tertinggal itu.
“Mengapa kamu suka sekali pergi ketempat ini untuk
melihat matahari terbenam dan melihat pelangi yang muncul setelah hujan ?” ,Tanya Rangga.
“Aku sangat ingin suatu saat aku bisa melihat
ciptaan Tuhan yang kata orang-orang sangat indah dan menakjubkan itu”. Jawab
senja dengan senyum manis di bibir tipisnya.
“Aku berjanji Senja , suatu
saat aku
akan membuatmu bisa melihat
dunia ini, agar kamu mempunyai kebahagiaan yang lengkap seperti yang lainnya”.
“Caranya ?” Tanya Senja
“Dengan cara apapun asal
kamu bisa melihat matahari terbenam , pelangi yang muncul setelah hujan dan
melihat indahnya dunia.” Jelas Rangga.
“Sudahlah Rangga aku sudah
bahagia dengan keadaan ku yang sekarang aku sudah mensyukuri kekuranganku , aku
memang ingin bisa melihat dunia dengan kedua mataku tetapi aku tak mau larut
dengan semua mimpiku itu .”
“Senja , dengerin aku !
Akan mewujudkan semua mimpi kamu itu menjadi kenyataan , suatu saat nanti
Senja. Percayalah !” Kembali Rangga meyakinkan Senja.
“Iya aku percaya , Rangga.”
Rangga hanya membalas ucapan
Senja dengan sebuah senyuman .
Tak beberapa lama kemudian
, Matahari pun terbenam dari ufuk Barat . Dua sejoli itu menikmati sunset yang
indah seperti layaknya orang pacaran.
Hari sudah mulai gelap ,
sinar mentari pun sudah berganti menjadi cahaya rembulan . Mereka pun bergegas
untuk segera pulang . Rangga mengantar Senja sampai Senja masuk ke rumahnya dan
langsung berpamitan untuk segera kembali pulang ke rumah.
***
Suatu
hari penyakit
Leukimia yang diderita Rangga kambuh dan keadaan Rangga semakin parah. Akhirnya tanpa berfikir panjang Orang tua Rangga membawanya ke rumah sakit.
Saat Rangga berada di ruang ICU , Rangga menyampaikan pesan terakhir kepada kedua Orang tuanya.
“Mama .. Papa ..” Panggil
Rangga kepada kedua orang tuanya dengan nada melemah.
“Iya sayang .” jawab
mamanya .
“Iya anakku , apa kamu
ingin sesuatu ?” Tambah Papa Rangga ,
“Tidak pa , Aku tidak ingin
apa – apa, apabila sewaktu-waktu
aku dipanggil oleh Tuhan, aku ingin kedua mataku
untuk didonorkan ke Senja sahabatku .”
“Tapi nak , percayalah sama
mama ! Kamu pasti sembuh dan
kedua Orang tuanya pun mengiyakan keinginan Rangga.
Akhirnya Orang tua Rangga mencari Senja dan
mengajak Senja untuk kerumah sakit menengok Rangga yang keadaanya semakin
parah.
“Kau tak apa Rangga?” Tanya Senja dengan nada yang
menunjukkan kekhawatirtanya kepada sahabat terbaiknya itu.
“Aku tak apa-apa Senja, kali ini aku akan memenuhi
janjiku kepadamu agar kamu bisa melihat dunia ini supaya kamu bisa melihat
pelangi seperti dengan apa yang kamu inginkan!”
Setelah Rangga menyampaikan pesanya kepada Senja
Rangga pun menghembuskan nafas terakhirnya. Akhirnya setelah Rangga meninggal,
kedua matanya di donorkan kepada senja. Dan Orang tua Rangga mengangkat Senja
untuk menjadi anak mereka menggantikan Rangga yang telah meninggal.
END